Senin, 30 November 2009

Sejarah Istitut Pertanian Bogor

Sejarah perkembangan IPB dimulai dari tahapan embrional (1941-1963), tahap pelahiran dan pertumbuhan (1963-1975), tahap pendewasaan (1975-2000), tahap implementasi otonomi IPB (2000-2005) dan menuju tahap IPB berbasis Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang akan dimulai pada tahun 2006. Pada tahun 2007 secara embrional IPB diharapkan siap manjadi universitas riset.

Pencangkulan Pertama Kampus IPB Darmaga Oleh Ir. Soekarno Kampus IPB Baranangsiang, Bogor Wisuda di Masa Lalu

Sejarah Kepemimpinan IPB dari masa ke masa adalah sebagai berikut :

1. Prof.Dr. Syarif Thayeb (Ketua Presidium IPB 1963)
2. Prof.Dr.A.J. Darman (Ketua Presidium 1963)
3. Prof.Dr.Ir. Tb. Bachtiar Rifai (Rektor IPB 1964-1965)
4. Prof.Dr.Ir. Sajogyo (Rektor IPB 1965-1966)
5. Prof.Dr.j.h. Hutasoit (Ketua Presidium IPB 1966)
6. Prof.Dr.Ir. Toyib Hadiwidjaja (Rektor IPB 1966-1971)
7. Prof,Dr.Ir. A.M. Satari (Rektor IPB 1971-1978)
8. Prof.Dr.Ir. Andi Hakim Nasution (Rektor IPB 1978-1987)
9. Prof.Dr.Ir. H. Sitanala Arsjad (Rektor IPB 1987-1996)
10. Prof.Dr.Ir. H. Soleh Solahuddin,M.Sc (Rektor IPB 1996-1998)
11. Prof.Dr.Ir. R.H.M. Aman Wirakartakusumah,M.Sc (Rektor IPB 1998-2002)
12. Prof.Dr.Ir. Ahmad Ansori Mattjik,M.Sc (Rektor IPB 2002-2007)
13. Dr. Ir. H. Herry Suhardiyanto, M.Sc. (Rektor IPB 2008-sekarang)


Tahap Embrional (1941-1963)

Tahap embrional perkembangan IPB diawali dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian serta kedokteran hewan yang dimulai pada awal abad ke-20 di Bogor. Sebelum perang dunia II lembaga-lembaga pendidikan menengah tersebut dikenal dengan nama Middelbare Landbouw School, Middelbare Bosbouw School dan Nederlandsch Indiche Veeartsen School.

Pada tahun 1940 , Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian di Bogor dengan nama Landbouw Hogeschool yang kemudian pada tanggal 31 Oktober 1941 dinamakan Landbowkundige Faculteit. Namun ditutup pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), sedangkan Nederlandsch Indische Veeartsenschool (sekolah Kedokteran Hewan) tetap berjalan. Hanya saja namanya diubah menjadi Bogor Zui Gakku (Sekolah Dokter Hewan Bogor). Sejalan dengan masa kemerdekaan tahun 1946, Kementerian Kemakmuran Republik Indonesia meningkatkan Sekolah Dokter Hewan di Bogor menjadi: Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan(PTKH).

Pada tahun 1947 Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian, Landbowkundige Faculteit dibuka kembali dengan nama Faculteit Voor Landbouw-Wetenschappen yang mempunyai jurusan Pertanian dan Kehutanan. Sedangkan PTKH pada tahun 1948 dijadikan Faculteit voor Dierge neeskunde di bawah Universiteit van Indonesie yang kemudian berubah nama menjadi Universitas Indonesia.

Pada tahun 1950 Faculteit voor Landbouw-wetenschappen berubah nama menjadi Fakultas Pertanian Universitas Indonesia dengan tiga jurusan yaitu Sosial Ekonomi, Pengetahuan Alam dan Kehutanan serta pada tahun 1957 dibentuk jurusan Perikanan Darat. Adapun Faculteit voor Dieergeneeskunde berubah menjadi Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Indonesia yang pada tahun 1960 berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan. Selanjutnya pada tahun 1962 menjadi Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan Universitas Indonesia.

Beberapa tonggak sejarah yang penting diketahui pada tahap embrional adalah: (1) penerapan sistem studi terbimbing yang menggantikan sistem studi bebas, (2) gagasan pembangunan kampus baru Fakultas Pertanian UI di Darmaga, dan (3) penerapan falsafah Tridharma Perguruan Tinggi yang semula berlaku di Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan UI, oleh Prof.Dr.Ir. Toyib Hadiwidjaja. Nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia memasuki tahun 1960, memberi peluang bagi IPB untuk menambah lahan kampus, sehingga selain Kampus Barangangsiang, Kampus Taman Kencana, Kampus Gunung Gede dan Kampus Cilibende, IPB juga memiliki Kampus Darmaga, Kebun Pasir Sarongge, Kebun Sukamantri dan Kebun Jonggol.


Tahap Pelahiran dan Pertumbuhan (1963-1975)

Tahap pelahiran dan pertumbuhan ditandai dengan berdirinya IPB pada tanggal 1 September 1963 berdasarkan keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 92/1963 yang kemudian disyahkan oleh Presiden RI Pertama dengan Keputusan No. 279/1965. Pada saat itu, dua fakultas di Bogor yang berada dalam naungan UI berkembang menjadi 5 fakultas, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan, Fakultas Peternakan dan Fakultas Kehutanan. Pada tahun 1964, lahir Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian.

Walaupun lahirnya IPB berbarengan dengan gemuruh perkembangan politik pra G30S/PKI yang mempengaruhi kelancaran kegiatan akademik, tetapi IPB tetap mampu membuat terobosan penting; Diantaranya adalah tercetusnya gagasan atau konsep BIMAS-SSBM pada tahun 1963-1964 dalam bentuk introduksi inovasi pengelolan sarana produksi guna meningkatkan produktivitas usaha tani padi. Gagasan ini selanjutnya dialih-kelola oleh pemerintah yang pada tahun 1966-1967 diwujudkan dalam bentuk panca usaha-tani untuk menyebarluaskan padi IR-5 dan IR-6. Kegiatan ini telah menghantarkan Indonesia swasembada beras, sehingga pada tahun 1986 FAO menyematkan medali penghargaan kepada Presiden Soeharto di Roma Eropa.

Memasuki pergantian kepemimpinan Rektor IPB dari Prof.Dr.Ir. Toyib Hadiwidjaja ke Prof.Dr.Ir.A.M. Satari, IPB bersama MUCIA sedang meneruskan pengembangan Pusat Penelitian Biologi Tropika (BIOTROP) SEAMEO yang dirintis pada tahun 1967 untuk waktu 10 tahun (1969-1979). Kerjasama ini membentuk konsorsium pendidikan di Indonesia yang menghasilkan (1) tenaga pengajar dan lahirnya fakultas pascasarjana IPB yang pertama di Indonesia, 31 Maret 1975, (2) berkembangnya sistem kurikulum ilmu dan teknologi, serta program pendidikan 4 tahun untuk S-1, disusul dengan program S-2 Magister Sain dan Program S-3 Doktor yang kemudian menjadi pola nasional, (3) tersusunnya rencana induk pengembangan IPB tahap I (1971-1979). (4) berkembangnya sistem Penerimaan Mahasiswa Baru S-1 melalui penelusuran kemampuan akademik yang disebut Proyek Perintis II dan kini menjadi program nasional yang dikenal dengan Penelusuran Minat Dan Keahlian (PMDK) dan sekarang disebut dengan Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).


Tahap Pendewasaan (1975-2000)

Awal kurun waktu tahap pendewasaan ini ditandai dengan dosen IPB yang kembali dari tugas belajar di luar negeri, masa bakti ke dua Prof.Dr.Ir.A.M. Satari selaku Rektor IPB, serta reboisasi lahan gundul yang kini menjadi Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi.

Memasuki pergantian kepemimpinan Rektor IPB dari Prof.Dr.Ir.A.M. Satari ke Prof.Dr.Ir.H. Andi Hakim Nasution. Pada tahun 1978, IPB mengembangkan kerjasama tahap pertama (1979-1983) dengan University Wiscouncin di bidang peningkatan kemampuan tanaga pengajar, khususnya di bidang ilmu-ilmu lingkungan dan ilmu gizi, sehingga pada tahun 1981 lahir Fakultas Politeknik Pertanian.

Sejalan dengan perluasan kesempatan belajar pada pendidikan tingkat tinggi dan menghadapi ledakan populasi pemuda usia 18 tahun ke atas, IPB menyesuaikan rencana induk pengembangan tahun 1971-1979 dengan menyusun rencana pengembangan akademik dan rencana pengembangan fisik kampus Darmaga berdasarkan proyeksi permasalahan yang akan dihadapi tahun 2000, seperti: (1) masalah penyediaan pangan dan pemeliharan gizi masyarakat, (2) masalah pengelolaan sistem penunjang kehidupan manusia di dalam lingkungan, (3) masalah pengadaan energi dari berbagai sumber energi dan konvensional, dan (4) masalah pengumpulan pengelolaan dan penyebaran informasi di dalam populasi besar dengan tujuan meningkatkan ketahanan nasional. Pemahaman terhadap masalah ini, telah menempa IPB untuk memperkuat kompetensinya di bidang pertanian dalam arti yang seluas-luasnya dan menjadi lembaga pendidikan tinggi pertanian terkemuka di Indonesia.

Pada periode Rektor IPB Prof.Dr.Ir. Sitanala Arsyad selama 2 periode masa bakti 1987-1991 dan 1992-1996, IPB telah membangun kampus Darmaga berdasarkan master plan 1982. Pembangunan fisik ini juga telah diimbangi dengan perkembangan program pendidikan S0, S1, S2 dan S3, metode instruksional dan pembinaan kemahasiswaan, perkembangan pusat penelitian dan pusat pengembangan serta kepercayaan dari dalam dan luar negeri. Hal ini antara lain terlihat dengan adanya pembangunan 3 Pusat Antar Universitas (PAU) dalam bidang Ilmu Hayati, Bioteknologi, Pangan dan Gizi.

Sampai dengan tahun 1992 di kampus Darmaga telah dibangun gedung Fakultas Teknologi Pertanian, gedung Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), Lembaga Sumberdaya Informasi, Laboratorium Analisa dan Produksi Benih, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK) Faperta IPB, dan Gedung Pusat antar Universitas PAU yang terdiri dari PAU Hayati, PAU Bioteknologi dan PAU Pangan dan Gizi. Sampai pada tahun 1996 telah dibangun gedung Rektorat IPB dan bangunan Fakultas Peternakan serta Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Sampai dengan tahun 2000 telah dibangun Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan.

Pada periode Rektor IPB Prof.Dr.Ir.H. Soleh Salahuddin,M.Sc yaitu tahun 1996-1998, IPB telah memiliki 144 Program Studi (PS), yang terdiri dari 30 PS untuk Program Diploma, 39 PS untuk Program Sarjana, 51 PS untuk Program Magister dan 25 PS Program Doktor yang tersebar di 8 Fakultas dan Program Pascasarjana. Keberadaan program studi ini juga didukung dengan adanya 25 pusat studi dan pusat pengembangan , sehingga tercipta budaya meneliti di kalangan civitas akademika IPB . Melanjutkan implementasi rencana induk pengembangan IPB tahun 2000 yang akan berakhir, disusunlah rencana strategis IPB menjadi Universitas Tahun 2020. Menyadari peranan perguruan tinggi tidak terlepas dari konteks pembanguan nasional, maka IPB mengajak segenap komponen bangsa untuk menjadikan pertanian sebagai common platform pembangunan nasional. Hal ini terbukti ketika Indonesia menghadapi resesi ekonomi dan moneter tahun 1997, sektor agroindustri dan agribisnis menjadi pilar penyelamat ekonomi nasional.

Pada masa kepemimpinan Rektor IPB Prof.Dr.Ir. Aman Wirakartakusumah yaitu tahun 1998-2002, IPB secara proaktif terlibat langsung dalam reformasi pendidikan sebagai bagian tidak terpisahkan dari gerakan reformasi nasional yang bergulir sejak 1997. Melalui Peraturan Pemerintah 154 tahun 2000, IPB menjadi salah satu dari empat perguruan tinggi nasional berbasis Badan Hukum Milik Negara. Penyusunan Renstra IPB menjadi Universitas 2020 kemudian diakomodasikan dalam implementasi Otonomi IPB dengan masa transisi kelembagaan selama 5 tahun (sampai 2005) dan masa transisi kepegawaian selama 10 tahun (2010), hingga mampu menghasilkan lulusan dengan budaya-mutu yang siap menghadapi globalisasi. Dalam perjalanan tersebut, berdiri beberapa unit kerja, seperti jurusan Ilmu Komputer, Kantor Haki dan Alih Teknologi, Program Internasioanal, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (2001), serta asrama mahasiswa TPB dengan menekankan pada pembinaan akademik dan multi-budaya. Pada masa ini terbentuk Majelis Wali Amanat (MWA) sebagai badan tertinggi yang menentukan arah pengembangan IPB termasuk memilih Rektor periode 2002-2007.


Tahap Otonomi

Prof.Dr.Ir.Ahmad Ansori Mattjik,M.Sc merupakan Rektor IPB yang pertama dipilih dalam mekanisme IPB sebagai BHMN Rektor dipilih oleh MWA untuk masa bakti 2003-2007 dengan program kerja utama untuk mewujudkan academic excellent dan generating income excellent, sehingga diharapkan mampu menghantarkan IPB sebagai universitas riset yang secara embrional terwujud pada tahun 2007.

Dr. Ir. H. Herry Suhardiyanto, M.Sc. merupakan Rektor IPB yang dipilih melalui Pemilihan Raya IPB BHMN sebagai Rektor yang dipilih oleh MWA untuk masa bakti 2008-2013 dengan program kerja utama untuk Menyelaraskan Mosaik Transformasi IPB menuju Research based Entrepreneurial University Kelas Dunia dengan Kepemimpinan yang Melayani dan Terpercaya.

Sumber :
http://www.ipb.ac.id/id/?s=4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar